Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Selasa, 01 November 2011

Jarak Pondokan Haji ke Masjidil Haram Masih Mungkin di Dekatkan

Mekkah (MCH)--Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan jarak pondokan jamaah haji Indonesia dengan kawasan Masjidil Haram masih mungkin untuk di dekatkan. Namun, untuk mewujudkan hal ini perlu pemikiran kajian serius dari seluruh pihak yang terkait dalam proses penyelenggaraan ibadah haji. Sebab, mendekatkan jarak pondokan itu banyak konsekuensinya.

"Masih mungkin untuk setiap tahun jarak pondokan jamaah haji kita lebih didekatkan ke Masjdil Haram. Kami akan kaji lagi apakah rumah jamaah yang selama di Makkah kini berada dalam radius 2,5 kilometer menjadi hanya sekitar 1,5 kilometer saja. Kami berharap mudah-mudahan ke depan keinginan ini bisa diwujudkan," kata Suryadharma Ali, di Makkah, kamis (27/10).

Pada sisi lain, lanjut Suryadharma, memang ada konsekuensi perihal semakin dekatnya jarak pemondokan itu. Salah satu yang paling konkrit adalah potensi naiknya besaran biaya atau ongkos naik haji. Sisi lainnya juga melihat ada tidaknya ketersedian rumah bagi para jamaah di wilayah yang lebih dekat itu mengingat jumlah jamaah haji Indonesia sangat besar, yakni lebih dari 220 ribu orang.

"Jelas semakin dekat jarak rumah, maka sewanya pun semakin mahal. Apalagi harga sewanya pun dari tahun ke tahun terus merangkak naik. Ini tentu saja bisa membuat ongkos naik haji jamaah kita semakin mahal. Nah, untuk itu maka harus dikaji dalam banyak segi, misalnya bagaimana sikap dari DPR. Ini yang penting, namun kami terus mencoba mendekatkannya," ujar Suryadharma.

Persoalan lain yang juga tak kalah rumit dalam soal penyediaan pemondokan di Makkah adalah karena urusan ini tidak lagi berada dalam ranah hubungan negara, yakni pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi. "Soal penyediaan rumah jamaah haji Indonesia di Arab Saudi itu soal hubungan sewa menyewa biasa. Jadi pemerintah Arab Saudi tak bisa campur tangan karena itu urusan domestik warga negaranya, tegasnya.

Dalam segi yang lain, tegas Surya, pemerintah kerajaan Arab Saudi itu juga sadar sepenuhnya bahwa bila mereka terlalu gampang meluluskan keinginan agar pemerintah Indonesia bisa memiliki rumah tersendiri bagi para jamaah haji, juga bisa mengancam kehidupan rakyatnya. Padahal saat haji itulah warga negara bisa memetik keuntungan ekonomi untuk membiayai hidupnya sehari-hari.

"Jadi kalau ada yang mendesak mengapa Indonesia tidak segera membangun rumah jamaah hajinya sendiri, itu juga tak gampang. Bayangkan kalau kita bangun 320-an rumah seperti jumlah rumah yang dipakai jamaah haji kita sekarang ini di Makkah, maka berapa banyak orang Makkah yang juga kehilangan pendapatannya. Nah, jadi memang harus saling berbagi," tandas Suryadharma Ali.(muhammad subarkah)

Sumber: kemenag.go.id

Jarak Pondokan Haji ke Masjidil Haram Masih Mungkin di Dekatkan

Mekkah (MCH)--Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan jarak pondokan jamaah haji Indonesia dengan kawasan Masjidil Haram masih mungkin untuk di dekatkan. Namun, untuk mewujudkan hal ini perlu pemikiran kajian serius dari seluruh pihak yang terkait dalam proses penyelenggaraan ibadah haji. Sebab, mendekatkan jarak pondokan itu banyak konsekuensinya.

"Masih mungkin untuk setiap tahun jarak pondokan jamaah haji kita lebih didekatkan ke Masjdil Haram. Kami akan kaji lagi apakah rumah jamaah yang selama di Makkah kini berada dalam radius 2,5 kilometer menjadi hanya sekitar 1,5 kilometer saja. Kami berharap mudah-mudahan ke depan keinginan ini bisa diwujudkan," kata Suryadharma Ali, di Makkah, kamis (27/10).

Pada sisi lain, lanjut Suryadharma, memang ada konsekuensi perihal semakin dekatnya jarak pemondokan itu. Salah satu yang paling konkrit adalah potensi naiknya besaran biaya atau ongkos naik haji. Sisi lainnya juga melihat ada tidaknya ketersedian rumah bagi para jamaah di wilayah yang lebih dekat itu mengingat jumlah jamaah haji Indonesia sangat besar, yakni lebih dari 220 ribu orang.

"Jelas semakin dekat jarak rumah, maka sewanya pun semakin mahal. Apalagi harga sewanya pun dari tahun ke tahun terus merangkak naik. Ini tentu saja bisa membuat ongkos naik haji jamaah kita semakin mahal. Nah, untuk itu maka harus dikaji dalam banyak segi, misalnya bagaimana sikap dari DPR. Ini yang penting, namun kami terus mencoba mendekatkannya," ujar Suryadharma.

Persoalan lain yang juga tak kalah rumit dalam soal penyediaan pemondokan di Makkah adalah karena urusan ini tidak lagi berada dalam ranah hubungan negara, yakni pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi. "Soal penyediaan rumah jamaah haji Indonesia di Arab Saudi itu soal hubungan sewa menyewa biasa. Jadi pemerintah Arab Saudi tak bisa campur tangan karena itu urusan domestik warga negaranya, tegasnya.

Dalam segi yang lain, tegas Surya, pemerintah kerajaan Arab Saudi itu juga sadar sepenuhnya bahwa bila mereka terlalu gampang meluluskan keinginan agar pemerintah Indonesia bisa memiliki rumah tersendiri bagi para jamaah haji, juga bisa mengancam kehidupan rakyatnya. Padahal saat haji itulah warga negara bisa memetik keuntungan ekonomi untuk membiayai hidupnya sehari-hari.

"Jadi kalau ada yang mendesak mengapa Indonesia tidak segera membangun rumah jamaah hajinya sendiri, itu juga tak gampang. Bayangkan kalau kita bangun 320-an rumah seperti jumlah rumah yang dipakai jamaah haji kita sekarang ini di Makkah, maka berapa banyak orang Makkah yang juga kehilangan pendapatannya. Nah, jadi memang harus saling berbagi," tandas Suryadharma Ali.(muhammad subarkah)

Sumber: kemenag.go.id