Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Kamis, 26 Januari 2012

SEO Ujung Tombak Dakwah di Dunia Cyber

Hari ini Kamis, 26 Januari 2012, Website LDII Sidoarjo telah memasuki tahun kedua dengan selamat, Alhamdulillah. Artinya, media online DPD LDII Kabupaten Sidoarjo itu masih eksis dan menjadi salah satu media LDII yang cukup leading di dunia maya.

Dengan kata kunci "ldii", search engine Google merangking sebanyak 7 website berlabel LDII di halaman #1 yang salah satunya adalah http://www.ldii-sidoarjo.org. Sampai hari ini website LDII Sidoarjo menjadi satu-satunya media online LDII level Kabupaten yang bertengger di halaman satu. Dan ironisnya belum satupun website tingkat DPW LDII Propinsi yang nampak eksis di media berbasis jaringan komputer itu.

Google sebagai leader mesin pencari (Search Engine) di dunia cyber merangking suatu kategori informasi berdasarkan tingkat relevansi, tingkat importansi dan tingkat popularitas. Jadi daftar 10 website di halaman pertama SERP (Search Engine Result Page) adalah yang dianggap paling relevan, paling penting dan paling populer.

Minggu, 22 Januari 2012

Ceramah Ketua DPR RI di Ponpes LDII Gading Mangu

Senen, 26 Desember 2011, Ketua DPR RI, DR. H. Marzukie Alie mengunjungi Pondok Pesantren LDII Gading Mangu, Kecamatan Perak Kabupaten Jombang Jawa Timur. Dihadapan 4 ribu orang siswa pondok, ribuan pengurus dan guru pondok dan warga desa Gading Mangu, Ketua Dewan yang juga Ketua Badan Pembina Pondok Pesantren Modern IGM Al-Ikhsaniyah di Palembang itu memberikan ceramah umum bertema "MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI USTAD DAN GURU NGAJI

Jumat, 20 Januari 2012

Di Manhattan Komunitas Muslim Tumbuh


Anggota Islamic Center Manhattan berkumpul di luar masjid setelah shalat Jumat. Islamic Center, yang terletak di sudut Clafl in Rd. dan Hylton Heights Rd., selalu terbuka bagi umat Islam untuk shalat dan beribadah.
Denise Carvin, warga Manhattan, berbicara dengan wanita lain setelah shalat Jumat di Islamic Center Manhattan. Masyarakat Muslim berkumpul bersama setiap hari Jumat siang untuk mendengarkan khutbah dan salat
Sepintas, Manhattan dapat dipandang sebagai sebuah komunitas kecil yang didominasi kulit putih, Kristen. Tetapi dengan K-State yang sedang mengembangkan program mahasiswa internasional, Manhattan telah menjadi sebuah kota Kansas yang sangat beragam sepanjang tahun. Satu kelompok etnis yang telah tumbuh adalah komunitas Muslim di Manhattan.

"Sebagian besar anggota komunitas kami adalah mahasiswa. Mereka tertarik ke sini karena K-State," kata Abdulrahman Kamal, mahasiswa pascasarjana bidang kurikulum dan pengajaran. Kamal adalah pimpinan komisi eksekutif Islamic Center dan Asosiasi Mahasiswa Muslim di K-State.

Melalui Layanan Siswa Internasional, para mahasiswa dari banyak negara, termasuk Arab Saudi, Pakistan, India, Mesir, Turki, Malaysia dan Libya datang ke K-State untuk menuntut ilmu. Menurut statistik dari ISS, mahasiswa dari Arab Saudi sekarang ini merupakan warga asing terbesar yang sedang belajar di K-State.

"Sejak tahun 2006, pemerintah di Arab Saudi memiliki program baru yang mengirim lebih banyak siswa ke luar negeri," kata Kamal. "Saya mendengar dari teman-teman yang ada di sini, sebelum program itu dimulai, pelajar Saudi hanya sekitar 10 atau 12 orang, mereka sebagian besar mahasiswa pascasarjana. Tapi sekarang ada lebih 120 orang dan kebanyakan mereka adalah mahasiswa S1”.

Dengan melonjaknya jumlah Muslim, satu hal yang belum ada di Manhattan adalah tempat bagi para Muslim untuk shalat dan berkumpul bersama. Ini sudah dirasakan sejak 1980-an .

Menurut situs resmi Islamic Center Manhattan, Komunitas Muslim menyadari bahwa tempat ibadah itu sangat diperlukan dan mereka bekerja untuk mendapatkan sebuah rumah dua lantai yang kemudian secara resmi menjadi masjid pertama di Manhattan.

Sabtu, 14 Januari 2012

Mesir Menjadi Uji Coba Kekuatan Politik Islam - Tanpa Minyak Bumi

Ditulis oleh Thomas L. Friedman, Diterjemahkan oleh LDII Sidoarjo
KAIRO – Kelompok Islam Ikhwanul Muslimin dan Partai yang lebih puritan An-Nour Salafi mencengangkan rakyat Mesir dengan memperoleh lebih dari 60 persen kursi dalam pemilihan parlemen Mesir, kita akan melihat tes laboratorium unik untuk Timur Tengah : Apa yang terjadi ketika politik Islam harus bergulat dengan modernitas dan globalisasi tanpa dukungan minyak bumi?

Gerakan-gerakan Islamis telah lama mendominasi Iran dan Arab Saudi. Baik Ayatullah di Iran dan Wahhabi Salafi di Arab Saudi, mampu mempertahankan ideologi mereka sekaligus menikmati buah modernitas, karena mereka memiliki kekayaan minyak yang berlimpah untuk mengatasi berbagai kontradiksi. Arab Saudi bisa mengendalikan wanita dan memaksakan nilai-nilai agama secara ketat kepada rakyatnya, bank-bank dan sekolah. Ulama Iran bisa menentang dunia, mengembangkan nuklirisasi dan memberlakukan pembatasan politik dan agama secara ketat. Dan keduanya masih bisa memberikan rakyat mereka standar hidup yang baik, karena mereka mempunyai minyak.

Partai-partai Islam Mesir tidak memiliki kemewahan itu. Mereka harus membuka diri kepada dunia, dan mereka tampaknya menyadari itu. Mesir adalah pengimpor minyak. Ia juga mengimpor 40 persen makanan. Dan pariwisata merupakan sepersepuluh dari produk domestik bruto. Dengan pengangguran merajalela dan cadangan devisa Mesir terkikis, Mesir mungkin akan memerlukan bantuan Dana Moneter Internasional, suntikan besar investasi asing dan peningkatan pendidikan modern untuk menyediakan lapangan kerja bagi semua pemuda yang ikut andil dalam pemberontakan tahun lalu. Mesir harus terintegrasi dengan dunia.

Ikhwanul Muslimin, yang partainya bernama Kebebasan dan Keadilan, menarik banyak dukungan dari kelas menengah dan usaha kecil. Partai Al-Nour Salafi didominasi oleh ulama dan kaum miskin di pedesaan dan perkotaan.

Jumat, 13 Januari 2012

Video Kunjungan Ketua DPR RI di Pondok LDII

26 Desember 2011, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) DR Marzuki Alie mengunjungi Pondok Pesantren LDII Gadingmangu, Perak, Jombang. Dalam kesempatan itu ketua Dewan memberikan ceramah bertema "kemandirian ekonomi santri pondok".

Selasa, 10 Januari 2012

Kunjungan kerja MUI Sumsel ke DPP LDII

Di ujung tahun baru 2012, DPP LDII menerima kunjungan kerja Ketua Umum MUI Sumatera Selatan Drs. KH. Shodiqun M.Si didampingi sekretarisnya KH. Farid, BA. Kedua tokoh ulama Sumatera Selatan tersebut diterima oleh Ketua DPP LDII KH. Ashar Budiman, SE yang dalam hal ini mewakili Ketua Umum DPP LDII Prof.Dr.KH. Abdullah Syam, M.Sc. bersama dengan jajaran DPP LDII lainnya, antara lain H. Hasim Nasution, SE, H. H. Ir. Adityo Handoko, MM, H. M. Ied, SE, KH. Aceng Karimullah, Hj. Ir. Sri Tresnahati Ashar, M.Si dan Rioberto Siduruk, SH.

Dalam kunjungan MUI SUmatera Selatan tersebut H. Ashar Budiman, yang lebih akrab dipanggil Pak Babud, menjelaskan berbagai macam program kerja yang telah dan akan dilaksanakan oleh DPP LDII dalam rangka pembinaan Umat. "Soal pembinaan SDM merupakan concern DPP LDII untuk masa yang akan datang, ditambah lagi dengan pemberdayaan program ekonomi syariah bagi warga LDII" ungkap Pak Babud menjelaskan kepada tokoh ulama dari Palembang tersebut.

Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum MUI Sumsel KH. Shodiqun juga menyampaikan pesan dan kesan kepada pengurus serta warga LDII,"Saya cukup kagum dengan keberadaan LDII, dengan konsep TRISUKSES-nya, keilmuan, kemandirian dan ahlak yang baik, maka generus LDII akan menjadi SDM yang berpotensi besar bagi kontribusi bangsa Indonesia. Dibanyak bagian, banyak ORMAS ISLAM yang baru berbicara, tetapi di LDII, warganya sudah berbuat. Saya berharap warga LDII juga mampu membuat sebuah produksi manufaktur yang dapat membanggakan negara Indonesia, sehingga dapat diikuti oleh ORMAS ISLAM lainnya", ujar KH.SHodiqun menutup silaturahim kunjungan kerja dengan jajaran DPP LDII. (r10)

Sumber: ldii.or.id

Senin, 09 Januari 2012

Mengapa Islam Menang?

Ditulis oleh JOHN M. Owen IV diterjemahkan oleh LDII Sidoarjo
NY Times - Pemilihan legeslatif MESIR putaran final belum akan berakhir sampai minggu depan, tapi hasilnya sudah jelas. Ikhwanul Muslimin kemungkinan besar akan memenangkan setengah majelis rendah Parlemen, dan Islamis yang lebih ekstrim akan menempati seperempat. Partai-partai sekuler akan menguasai hanya 25 persen kursi.

Islamisme bukan penyebab pergolakan Arab. Pemerintahan otoriter-lah yang gagal mewujudkan janji-janji mereka. Meskipun pemerintah otoriear Arab telah berjalan baik dari tahun 1950-an hingga 1980-an, akhirnya ekonomi mengalami stagnasi, hutang menggunung dan terus membengkak, masyarakat berpendidikan melihat rakyat adil makmur yang mereka janjikan lenyap di atas cakrawala, menyakitkan hampir semua orang, sekuler maupun Islamis.

Akan tetapi minggu-minggu terakhir, telah membuktikan bahwa hasil sebuah revolusi tidak harus mengikuti penyebabnya. Alih-alih membawa revolusioner sekuler berkuasa, berseminya Arab menumbuhkan bunga rona Islam secara meyakinkan. Lebih mengejutkan lagi, Islamis menang secara jujur: partai-partai keagamaan yang pertama kali memperjuangkan kebebasan, pemilu secara terbuka di Tunisia, Maroko dan Mesir. Lalu mengapa begitu banyak orang Arab memberikan suara bagi partai-partai politik yang tampak menentang Barat?

Sejarah Barat sendiri telah memberi jawaban. Dari tahun 1820 sampai 1850, Eropa mempengaruhi dunia Arab saat ini dalam dua hal. Baik Eropa maupun Arab mengalami pemberontakan bersejarah dan tampaknya menjalar melanda satu negara ke negara lain. Dan kasus kedua, masyarakat yang frustrasi di banyak negara dengan relatif sedikit kesamaan berunjuk rasa mengusung sebuah ideologi tunggal - yang tidak mereka buat sendiri, tetapi diwarisi dari generasi radikal sebelumnya.

Kamis, 05 Januari 2012

Seberapa Islami-kah Negara-negara Islam di Dunia ini?

oleh: Bahtiar Effendy
Scheherazade S. Rehman dan Hossein Askari penggagas study berjudul "How Islamic are Islamic Countries?", dan Prof. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, menulis sebuah kolom menarik di koran terkemuka di Jakarta tentang keislaman masyarakat Indonesia. Artikelnya itu merupakan tanggapan dari sebuah hasil studi yang dilakukan oleh Scheherazade S. Rehman dan Hossein Askari dari Universitas George Washington. Hasil studi meraka diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Berkeley yang berbasis global, Volume 10, 2010. Studi ini meneliti kebijakan dunia Muslim didasarkan pada ajaran Islam dibandingkan dengan di Negara-negara non-Muslim. Sebanyak 208 negara diteliti.

Indikator seperti; kesempatan ekonomi, kebebasan ekonomi, akses yang sama terhadap pendidikan, korupsi, sistem keuangan dan hak asasi manusia digunakan untuk mengukur tingkat ke-Islam-an di negara-negara tersebut. Hasilnya lucu. "Sebagian besar negara-negara berlabel Islam menyatakan tidak melaksanakan urusan-urusan mereka sesuai dengan ajaran Islam -- setidaknya terkait masalah ekonomi, keuangan, politik, hukum, sosial dan kebijakan pemerintahan".

Dengan demikian, studi ini pada dasarnya penilaian kritis terhadap dunia Muslim terkait dengan praktek-praktek sosial, ekonomi dan politik, yang kelihatannya tidak mengacu pada substansi nilai-nilai Islam. Tidak hanya itu, penelitian ini menempatkan banyak negara Islam pada peringkat paling bawah, akan tetapi menempatkan banyak negara non-Muslim pada posisi yang lebih baik. Selandia Baru, misalnya, tercantum di level atas hasil dari studi ini. Luksemburg di peringkat kedua. Peringkat tertinggi di antara negara Muslim adalah Malaysia, di tempat ke-38, sedangkan Indonesia, sebagai negara, mayoritas Muslim terbesar, ada di peringkat 140.

SEO Ujung Tombak Dakwah di Dunia Cyber

Hari ini Kamis, 26 Januari 2012, Website LDII Sidoarjo telah memasuki tahun kedua dengan selamat, Alhamdulillah. Artinya, media online DPD LDII Kabupaten Sidoarjo itu masih eksis dan menjadi salah satu media LDII yang cukup leading di dunia maya.

Dengan kata kunci "ldii", search engine Google merangking sebanyak 7 website berlabel LDII di halaman #1 yang salah satunya adalah http://www.ldii-sidoarjo.org. Sampai hari ini website LDII Sidoarjo menjadi satu-satunya media online LDII level Kabupaten yang bertengger di halaman satu. Dan ironisnya belum satupun website tingkat DPW LDII Propinsi yang nampak eksis di media berbasis jaringan komputer itu.

Google sebagai leader mesin pencari (Search Engine) di dunia cyber merangking suatu kategori informasi berdasarkan tingkat relevansi, tingkat importansi dan tingkat popularitas. Jadi daftar 10 website di halaman pertama SERP (Search Engine Result Page) adalah yang dianggap paling relevan, paling penting dan paling populer.

Ceramah Ketua DPR RI di Ponpes LDII Gading Mangu

Senen, 26 Desember 2011, Ketua DPR RI, DR. H. Marzukie Alie mengunjungi Pondok Pesantren LDII Gading Mangu, Kecamatan Perak Kabupaten Jombang Jawa Timur. Dihadapan 4 ribu orang siswa pondok, ribuan pengurus dan guru pondok dan warga desa Gading Mangu, Ketua Dewan yang juga Ketua Badan Pembina Pondok Pesantren Modern IGM Al-Ikhsaniyah di Palembang itu memberikan ceramah umum bertema "MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI USTAD DAN GURU NGAJI

Di Manhattan Komunitas Muslim Tumbuh


Anggota Islamic Center Manhattan berkumpul di luar masjid setelah shalat Jumat. Islamic Center, yang terletak di sudut Clafl in Rd. dan Hylton Heights Rd., selalu terbuka bagi umat Islam untuk shalat dan beribadah.
Denise Carvin, warga Manhattan, berbicara dengan wanita lain setelah shalat Jumat di Islamic Center Manhattan. Masyarakat Muslim berkumpul bersama setiap hari Jumat siang untuk mendengarkan khutbah dan salat
Sepintas, Manhattan dapat dipandang sebagai sebuah komunitas kecil yang didominasi kulit putih, Kristen. Tetapi dengan K-State yang sedang mengembangkan program mahasiswa internasional, Manhattan telah menjadi sebuah kota Kansas yang sangat beragam sepanjang tahun. Satu kelompok etnis yang telah tumbuh adalah komunitas Muslim di Manhattan.

"Sebagian besar anggota komunitas kami adalah mahasiswa. Mereka tertarik ke sini karena K-State," kata Abdulrahman Kamal, mahasiswa pascasarjana bidang kurikulum dan pengajaran. Kamal adalah pimpinan komisi eksekutif Islamic Center dan Asosiasi Mahasiswa Muslim di K-State.

Melalui Layanan Siswa Internasional, para mahasiswa dari banyak negara, termasuk Arab Saudi, Pakistan, India, Mesir, Turki, Malaysia dan Libya datang ke K-State untuk menuntut ilmu. Menurut statistik dari ISS, mahasiswa dari Arab Saudi sekarang ini merupakan warga asing terbesar yang sedang belajar di K-State.

"Sejak tahun 2006, pemerintah di Arab Saudi memiliki program baru yang mengirim lebih banyak siswa ke luar negeri," kata Kamal. "Saya mendengar dari teman-teman yang ada di sini, sebelum program itu dimulai, pelajar Saudi hanya sekitar 10 atau 12 orang, mereka sebagian besar mahasiswa pascasarjana. Tapi sekarang ada lebih 120 orang dan kebanyakan mereka adalah mahasiswa S1”.

Dengan melonjaknya jumlah Muslim, satu hal yang belum ada di Manhattan adalah tempat bagi para Muslim untuk shalat dan berkumpul bersama. Ini sudah dirasakan sejak 1980-an .

Menurut situs resmi Islamic Center Manhattan, Komunitas Muslim menyadari bahwa tempat ibadah itu sangat diperlukan dan mereka bekerja untuk mendapatkan sebuah rumah dua lantai yang kemudian secara resmi menjadi masjid pertama di Manhattan.

Mesir Menjadi Uji Coba Kekuatan Politik Islam - Tanpa Minyak Bumi

Ditulis oleh Thomas L. Friedman, Diterjemahkan oleh LDII Sidoarjo
KAIRO – Kelompok Islam Ikhwanul Muslimin dan Partai yang lebih puritan An-Nour Salafi mencengangkan rakyat Mesir dengan memperoleh lebih dari 60 persen kursi dalam pemilihan parlemen Mesir, kita akan melihat tes laboratorium unik untuk Timur Tengah : Apa yang terjadi ketika politik Islam harus bergulat dengan modernitas dan globalisasi tanpa dukungan minyak bumi?

Gerakan-gerakan Islamis telah lama mendominasi Iran dan Arab Saudi. Baik Ayatullah di Iran dan Wahhabi Salafi di Arab Saudi, mampu mempertahankan ideologi mereka sekaligus menikmati buah modernitas, karena mereka memiliki kekayaan minyak yang berlimpah untuk mengatasi berbagai kontradiksi. Arab Saudi bisa mengendalikan wanita dan memaksakan nilai-nilai agama secara ketat kepada rakyatnya, bank-bank dan sekolah. Ulama Iran bisa menentang dunia, mengembangkan nuklirisasi dan memberlakukan pembatasan politik dan agama secara ketat. Dan keduanya masih bisa memberikan rakyat mereka standar hidup yang baik, karena mereka mempunyai minyak.

Partai-partai Islam Mesir tidak memiliki kemewahan itu. Mereka harus membuka diri kepada dunia, dan mereka tampaknya menyadari itu. Mesir adalah pengimpor minyak. Ia juga mengimpor 40 persen makanan. Dan pariwisata merupakan sepersepuluh dari produk domestik bruto. Dengan pengangguran merajalela dan cadangan devisa Mesir terkikis, Mesir mungkin akan memerlukan bantuan Dana Moneter Internasional, suntikan besar investasi asing dan peningkatan pendidikan modern untuk menyediakan lapangan kerja bagi semua pemuda yang ikut andil dalam pemberontakan tahun lalu. Mesir harus terintegrasi dengan dunia.

Ikhwanul Muslimin, yang partainya bernama Kebebasan dan Keadilan, menarik banyak dukungan dari kelas menengah dan usaha kecil. Partai Al-Nour Salafi didominasi oleh ulama dan kaum miskin di pedesaan dan perkotaan.

Video Kunjungan Ketua DPR RI di Pondok LDII

26 Desember 2011, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) DR Marzuki Alie mengunjungi Pondok Pesantren LDII Gadingmangu, Perak, Jombang. Dalam kesempatan itu ketua Dewan memberikan ceramah bertema "kemandirian ekonomi santri pondok".

Kunjungan kerja MUI Sumsel ke DPP LDII

Di ujung tahun baru 2012, DPP LDII menerima kunjungan kerja Ketua Umum MUI Sumatera Selatan Drs. KH. Shodiqun M.Si didampingi sekretarisnya KH. Farid, BA. Kedua tokoh ulama Sumatera Selatan tersebut diterima oleh Ketua DPP LDII KH. Ashar Budiman, SE yang dalam hal ini mewakili Ketua Umum DPP LDII Prof.Dr.KH. Abdullah Syam, M.Sc. bersama dengan jajaran DPP LDII lainnya, antara lain H. Hasim Nasution, SE, H. H. Ir. Adityo Handoko, MM, H. M. Ied, SE, KH. Aceng Karimullah, Hj. Ir. Sri Tresnahati Ashar, M.Si dan Rioberto Siduruk, SH.

Dalam kunjungan MUI SUmatera Selatan tersebut H. Ashar Budiman, yang lebih akrab dipanggil Pak Babud, menjelaskan berbagai macam program kerja yang telah dan akan dilaksanakan oleh DPP LDII dalam rangka pembinaan Umat. "Soal pembinaan SDM merupakan concern DPP LDII untuk masa yang akan datang, ditambah lagi dengan pemberdayaan program ekonomi syariah bagi warga LDII" ungkap Pak Babud menjelaskan kepada tokoh ulama dari Palembang tersebut.

Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum MUI Sumsel KH. Shodiqun juga menyampaikan pesan dan kesan kepada pengurus serta warga LDII,"Saya cukup kagum dengan keberadaan LDII, dengan konsep TRISUKSES-nya, keilmuan, kemandirian dan ahlak yang baik, maka generus LDII akan menjadi SDM yang berpotensi besar bagi kontribusi bangsa Indonesia. Dibanyak bagian, banyak ORMAS ISLAM yang baru berbicara, tetapi di LDII, warganya sudah berbuat. Saya berharap warga LDII juga mampu membuat sebuah produksi manufaktur yang dapat membanggakan negara Indonesia, sehingga dapat diikuti oleh ORMAS ISLAM lainnya", ujar KH.SHodiqun menutup silaturahim kunjungan kerja dengan jajaran DPP LDII. (r10)

Sumber: ldii.or.id

Mengapa Islam Menang?

Ditulis oleh JOHN M. Owen IV diterjemahkan oleh LDII Sidoarjo
NY Times - Pemilihan legeslatif MESIR putaran final belum akan berakhir sampai minggu depan, tapi hasilnya sudah jelas. Ikhwanul Muslimin kemungkinan besar akan memenangkan setengah majelis rendah Parlemen, dan Islamis yang lebih ekstrim akan menempati seperempat. Partai-partai sekuler akan menguasai hanya 25 persen kursi.

Islamisme bukan penyebab pergolakan Arab. Pemerintahan otoriter-lah yang gagal mewujudkan janji-janji mereka. Meskipun pemerintah otoriear Arab telah berjalan baik dari tahun 1950-an hingga 1980-an, akhirnya ekonomi mengalami stagnasi, hutang menggunung dan terus membengkak, masyarakat berpendidikan melihat rakyat adil makmur yang mereka janjikan lenyap di atas cakrawala, menyakitkan hampir semua orang, sekuler maupun Islamis.

Akan tetapi minggu-minggu terakhir, telah membuktikan bahwa hasil sebuah revolusi tidak harus mengikuti penyebabnya. Alih-alih membawa revolusioner sekuler berkuasa, berseminya Arab menumbuhkan bunga rona Islam secara meyakinkan. Lebih mengejutkan lagi, Islamis menang secara jujur: partai-partai keagamaan yang pertama kali memperjuangkan kebebasan, pemilu secara terbuka di Tunisia, Maroko dan Mesir. Lalu mengapa begitu banyak orang Arab memberikan suara bagi partai-partai politik yang tampak menentang Barat?

Sejarah Barat sendiri telah memberi jawaban. Dari tahun 1820 sampai 1850, Eropa mempengaruhi dunia Arab saat ini dalam dua hal. Baik Eropa maupun Arab mengalami pemberontakan bersejarah dan tampaknya menjalar melanda satu negara ke negara lain. Dan kasus kedua, masyarakat yang frustrasi di banyak negara dengan relatif sedikit kesamaan berunjuk rasa mengusung sebuah ideologi tunggal - yang tidak mereka buat sendiri, tetapi diwarisi dari generasi radikal sebelumnya.

Seberapa Islami-kah Negara-negara Islam di Dunia ini?

oleh: Bahtiar Effendy
Scheherazade S. Rehman dan Hossein Askari penggagas study berjudul "How Islamic are Islamic Countries?", dan Prof. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, menulis sebuah kolom menarik di koran terkemuka di Jakarta tentang keislaman masyarakat Indonesia. Artikelnya itu merupakan tanggapan dari sebuah hasil studi yang dilakukan oleh Scheherazade S. Rehman dan Hossein Askari dari Universitas George Washington. Hasil studi meraka diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Berkeley yang berbasis global, Volume 10, 2010. Studi ini meneliti kebijakan dunia Muslim didasarkan pada ajaran Islam dibandingkan dengan di Negara-negara non-Muslim. Sebanyak 208 negara diteliti.

Indikator seperti; kesempatan ekonomi, kebebasan ekonomi, akses yang sama terhadap pendidikan, korupsi, sistem keuangan dan hak asasi manusia digunakan untuk mengukur tingkat ke-Islam-an di negara-negara tersebut. Hasilnya lucu. "Sebagian besar negara-negara berlabel Islam menyatakan tidak melaksanakan urusan-urusan mereka sesuai dengan ajaran Islam -- setidaknya terkait masalah ekonomi, keuangan, politik, hukum, sosial dan kebijakan pemerintahan".

Dengan demikian, studi ini pada dasarnya penilaian kritis terhadap dunia Muslim terkait dengan praktek-praktek sosial, ekonomi dan politik, yang kelihatannya tidak mengacu pada substansi nilai-nilai Islam. Tidak hanya itu, penelitian ini menempatkan banyak negara Islam pada peringkat paling bawah, akan tetapi menempatkan banyak negara non-Muslim pada posisi yang lebih baik. Selandia Baru, misalnya, tercantum di level atas hasil dari studi ini. Luksemburg di peringkat kedua. Peringkat tertinggi di antara negara Muslim adalah Malaysia, di tempat ke-38, sedangkan Indonesia, sebagai negara, mayoritas Muslim terbesar, ada di peringkat 140.