Rumah tangga yang bahagia dan
harmonis merupakan idaman bagi setiap orang iman. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam telah memberi teladan kepada kita, mengenai cara
membina keharmonisan rumah tangga. Sungguh pada diri Rasulullah itu
terdapat teladan yang paling baik. Dan seorang suami harus menyadari,
bahwa dalam rumahnya itu ada pahlawan di balik layar, pembawa ketenangan
dan kesejukan, yakni sang istri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
الدُّنْيَا كُلُّهَا مَتَاعٌ, وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ
Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia yaitu istri yang shalihah.(Hr.Bukhori)
Kita mungkin ngak percaya kalau ada pasangan suami istri mengaku belum pernah
terlibat cekcok rumah tangga. Tak peduli kondisi ekonomi mereka mapan,
pasangan mereka cantik/tampan, mempesona hatinya, baik, ndak macam-macam
kelakuannya, dsb.
Semoga 10 tips di bawah dapat memberikan manfaat untuk pasangan dan keluarga yang kita bina, selamat menyimak:
1. Jujur, terbuka, jangan disimpan
Mungkin anak SD saja tahu kalau mau jadi pengusaha itu harus
jujur. Kejujuran bukan sebatas menggantung di lidah, nah... mampukah kita
mewujudkan setiap saat indahnya makna dari kejujuran?
Sebagian pasangan
menganggap "masa bodo" apa yg sudah/sedang terjadi. Namun, kita yakin
sebagian besar pasangan ingin mengetahui banyak apa yg sebenarnya
terjadi.
So, belajarlah untuk selalu jujur, terbuka, jangan PMT (Pendam,
Malu, Takut), juga harus siap menerima resiko pahit-manisnya buah
kejujuran.
2. Wajib saling percaya
Umumnya, rasa saling percaya hilang disebabkan oleh salah satu karakter
negatif pasangan, antara lain: suka menyembunyikan sesuatu, suka berbohong, bahkan
pernah memergoki pasangan berbuat ndak wajar: antara lain: sms-an, teleponan dengan
lawan jenis, kongkow ala anak ABG, balas inbox Facebook/Twitter lawan
jenis, dsb.
So, buktikanlah setiap saat kalian mampu bersikap sewajarnya, apa adanya
dan ndak di buat-buat. Ingat, serapat-rapatnya ikan disimpan ditempat
paling tersembunyi sekalipun, bau amisnya bakalan tercium.
3. Bukan karena cinta, tapi lebih ke komitmen
Nah, kenapa bukan karena cinta semata? Alasannya sederhana kok, coba
tanya kenapa kakek nenek kita bahwa kelihatannya oke-oke saja rumah
tangganya. Padahal, sering kali dihantui rasa bosan. Nah, kalau
kita bisa nebak jawabannya adalah sebuah
komitmen baja. Tanamkan sugesti positif kita ketika membuat keputusan pertama kali menikah maka itulah keputusan tepat.
Yah, membuat keputusan sangatlah mudah, bahkan semudah membalikkan
telapak tangan tentunya. Namun, menjaga sebuah komitmen untuk tetap
setia butuh perjuangan, pengorbanan, konsisten.
So, Camkan selalu, melalui rintangan plus kesulitanlah justru pernikahan
akan semakin dewasa terasah, sempurna and membawa kebahagiaan sejati.
4. Rencanakan masa depan: keuangan bersama
Berbicara mengenai perencanaan keuangan keluarga (suami-istri) sama
halnya berbicara mengenai masa depan keluarga sendiri. Terlebih, buat
pasangan baru menikah. Mereka bukan lagi hidup membujang, kondisi
berbeda setelah berkeluarga memerlukan perencanaan keuangan melalui
kesepakatan bersama.
Perencanaan keuangan keluarga diantaranya tabungan bersama, investasi
(asuransi atau obligasi), pendapatan, pengeluaran maupun kemungkinan
dalam kondisi terdesak mengenai peminjaman uang produktif (non
konsumtif) perlu dipertimbangkan bersama pula.
Misalnya, salah satu pasangan memutuskan membuka usaha kecil-kecilan
maka penentuan bidang usaha, penentuan lokasi, manajamen keuangan,
pengangkatan karyawan, dsb. harus pula disepakati berdua.
5. Hindari hal yang tidak disukai pasangan
Jika kalian sudah belajar bersikap saling terbuka & jujur pastinya
kita akan mengetahui, memahami apa-apa hal tidak disukai pasangan.
Misalnya, boleh jadi kita mengawali pernikahan atau kenal dgn pasangan
diawali melalui sesuatu kurang baik, namun belakangan salah satu
pasangan kita berubah total menjadi agak religi.
So otomatis ia menginginkan pasangannya (minimal) tanpa melanggar
aturan-aturan agamanya. Apalagi, istri di rumah mampu menghidupkan
suasana rumahnya sebagai sarana mengingat Alloh. Kalau perlu bentuk
undang-undang (peraturan) dalam rumah tangga secara tegas.
6. Sediakan waktu luang bersama
Jika kita termasuk pasangan sibuk, cobalah menyediakan waktu luang
setiap saat berdua. Waktu luang ini dapat digunakan pergi ke suatu
tempat kalian suka, melakukan hobi, melakukan aktivitas secara bersama.
Misalnya, beribadah bersama, ajak makan di luar rumah, eksperimen buat
menu masakan baru berdua di rumah, mandi bareng, dsb. Intinya lewat
waktu luang, kita dapat lebih memahami pasangan masing-masing, kalau
sudah saling memahami kita akan terhindar kemungkinan buruk perceraian
terjadi.
7. Berbagi tugas: pekerjaan, pengurusan anak.
Umumnya, suami berada diluar rumah mencari nafkah rejeki buat mencukupi
kebutuhan anak-istri. Sebaliknya, istri diutamakan bisa mengurusi
hal-hal rumah tangga termasuk pengurusan anak-anak mereka.
Kadang istri tipe manja & posesif, apalagi pasangan baru nikah
condong memilih menghindar mengurusi anak sendirian di rumah. Alasannya,
mending cari pembantu atau saudara saja yang ngurusi anak, sehingga ia
"istri" dapat mengontrol sekaligus suami diluar (bekerja, usaha) maupun
anak di rumah.
Diperlukan ketegasan and komunikasi intens pasangan agar dapat bertindak
saling kooperatif. Idealnya, masalah di dalam rumah adalah istri
ahlinya-ratunya, jika istri dirasa sulit mengurusi anak, ia bisa
bertanya ke ibu maupun salah satu kerabat mereka. Begitupun permasalahan
di luar mencari nafkah adalah suami ahlinya-rajanya. Serahkan dan
percayakanlah segala sesuatu pada ahlinya.
8. Dengarkan keluhan pasangan
Sebenarnya, menyediakan waktu luang bersama serta sikap jujur, terbuka
diharapkan terselip waktu buat berbagi, juga mendengarkan keluhan
masing-masing pasangan. Namun, seringkali ada sesuatu unek-unek
mendadak, unek-unek belum sempat terselesaikan tuntas harus segera
disampaikan kembali. Cari kembali waktu tepat seperti dikala mau tidur
setelah anak tertidur. Jika pasangan dirasa lelah seharian bekerja cari
waktu di pagi hari, sempatkanlah waktu minimal 10 menit - 30 menit
mengutarakannya.
9. Bicarakan seks
Seks bersama pasangan suami-istri seringkali ampuh mengatasi masalah
tanpa masalah. Maksudnya, tanpa disadari sepelik apapun
permasalahan rumah tangga ternyata mampu diatasi hanya dgn hubungan
intim yg sensasional.
Membicarakan seks terkadang menjadi hal sangat kurang nyaman bagi
beberapa pasangan, bahkan bagi pasangan sudah menikah bertahun-tahun
sekalipun. Padahal, bagi suami seks membuatnya merasa sangat nyaman,
tenang plus lebih bahagia.
Menjadi istri harus tampil percaya diri. Suami sangat suka melakukan
seks dengan istri yang mungkin tidak sempurna namun percaya diri bahwa
dirinya adalah sosok paling cantik. Jadi, bagi istri masalah ini dianggap
sepele, mereka agak mementingkan komunikasi intim pasangan.
Lain halnya bagi suami bila kurang terpenuhi ia akan mudah marah, merasa
kurang dicintai, kurang dipercaya, dsb.
So, biasakanlah selalu
bicarakan seks setiap saat, jangan hanya setiap kali ada masalah. Nah, lebih baik terlambat daripada tidak melakukan seks sama sekali.
10. Qana'ah plus bersyukur
Qana'ah artinya sikap rela menerima & merasa cukup atas hasil yang
diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa ketidakpuasan perasaan akan
kekurangan. Sesungguhnya hanya mereka yg memiliki iman mampu bersikap
merasa "beruntung" memiliki pasangannya. Tidak ada jaminan satupun bahwa
harta (materi) dapat menjaga keutuhan rumah tangga mereka.
Materi masih bisa dicari tapi mempertahankan komitmen cinta sejati butuh
tekad perjuangan serta pengorbanan sangat kuat kedua belah pihak.
Contoh, artis, pejabat bahkan tetangga kita kelihatannnya hidupnya
berkecukupan (minimal mobil & rumah punya), tapi rumah tangganya
malah berantakan juga.
Sebaliknya, mereka biasa-biasa saja materinya tapi mampu mempertahankan
rumah tangganya bak kisah cinta ala Romeo and Juliet. Godaan terbesar
memang ada di benak para istri merasa belum tercukupi. Alangkah indahnya
bila istri bisa mendorong suami supaya bekerja giat lagi & cerdas
tentunya demi mencari sesuap "berlian."
Saya jadi teringat cerita nyata dari China (lupa lagi sumbernya), dimana
kekuatan cinta sejati, qanaah (berasa beruntung), bersyukur plus
komitmen "baja" mampu menguatkan rumah tangganya sampai akhir hayat
hidup. Padahal, pernikahan mereka gak pernah mendapatkan restu kedua
orang tua, sehingga ia berdua rela sampai mati hidup di gunung beranak
pinak hingga hembusan napas terakhir.