Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Rabu, 11 Maret 2015

PWI Apresiasi LDII Sidoarjo

Ketua PWI perwakilan Kab. Sidoarjo, Hadi Suyitno (tengah) Bersama Ketua dan Sekretaris DPD LDII Sidoarjo
Pelatihan jurnalistik tim ICT kabupaten Sidoarjo dihadiri oleh Hadi Suyitno, Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) perwakilan Kabupaten Sidoarjo. Dalam sambutannya PWI mengapresiasi langkah LDII mengadakan pelatihan jurnalistik. Hadi menuturkan tak banyak ormas islam yang meski mempunyai media berita mengadakan pelatihan semacam ini. Menurutnya pelatihan semacam ini baik untuk meningkatkan kualitas SDM tim jurnalis.

Berlokasi di Gedung DPD LDII Sidoarjo, pelatihan yang diadakan Minggu (1/3) dihadiri sebanyak 30 anggota ICT. Mereka merupakan tim jurnalis bentukan DPD LDII Sidoarjo yang bertugas meliput kegiatan diwilayah Sidoarjo pada umumnya serta membuat berita-berita seputar kegiatan LDII Sidoarjo khususnya. Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang diadakan tim ICT untuk terus meningkatkan kualitas tim jurnalisnya. Acara dibuka oleh Ir. H. Ronny Romandhawira, MM, ketua DPD LDII Sidoarjo. Kemudian dilanjutkan dengan materi dari PWI. Selain mengapresiasi acara ini, beliau menceritakan pengalamannnya sebagai seorang wartawan. Tak lupa ia memberi wejangan bagaimana menjadi seorang wartawan yang baik.

Wartawan yang baik harus selalu mengedepankan etika, termasuk dalam mencari informasi dari narasumber. Salah satunya, yaitu bahwa seorang wartawan harus menempatkan seorang narasumber atas asas praduga tak bersalah sekalipun narasumber tersebut adalah seorang tersangka. Wartawan harus bisa menyampaikan sebuah berita dari dua sudut pandang yang berbeda agar timbul keseimbangan berita. Dengan keseimbangan berita pembaca akhirnya bisa mendapat informasi yang benar-benar jelas tentang suatu kejadian. Klarifikasi juga sangat penting ketika hendak menyusun sebuah berita. Karena dewasa kini banyak wartawan yang lebih mementingkan isu agar beritanya banyak dibaca tanpa klarifikasi terlebih dahulu benar tidaknya. Sehingga akibatnya banyak berita-berita bohong atau Hoax yang muncul dimedia.

praktek liputan
Berbeda dengan pelatihan sebelumnya, dalam pelatihan kali ini  juga dihadirkan pakar jurnalistik untuk mengisi materi jurnalistik. Materi pertama mengenai dasar jurnalistik dan kode etik jurnalistik yang disampaikan oleh Yanti Dyah Harsono dari Kominfo Jatim yang menjelaskan konsep dasar jurnalistik mulai dari pengertian hingga tahap pembuatan berita. Dalam materinya, ia menjabarkan pentingnya bagi seorang wartawan mengetahui dan paham tentang kode etik jurnalistik.

Pada materi kedua, peserta dibekali dengan teknik peliputan dan teknik wawancara yang disampaikan oleh Drs. Koesmoko. Sebagai seorang wartawan dua hal tersebut merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Koesmoko sendiri menjelaskan tahapan demi tahapan dalam meliput dan wawancara. Dalam pelatihan ini peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya kepada pemateri.

Selain memberikan teori, dalam pelatihan ini peserta juga berkesempatan praktik mencari berita di lapangan. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap-tiap kelompok diberi dua pendamping dari panitia. Kelompok-kelompok tersebut diberi tugas mencari dan membuat berita di lingkungan sekitar tempat pelatihan. Acara yang dimulai dari pukul 08.30 WIB hingga berakhir pada pukul 15.00WIB diikuti peserta dengan semangat. Pada pelatihan ini peserta juga diberi kenang-kenangan berupa sertifikat pelatihan. (Dini/hav)

PWI Apresiasi LDII Sidoarjo

Ketua PWI perwakilan Kab. Sidoarjo, Hadi Suyitno (tengah) Bersama Ketua dan Sekretaris DPD LDII Sidoarjo
Pelatihan jurnalistik tim ICT kabupaten Sidoarjo dihadiri oleh Hadi Suyitno, Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) perwakilan Kabupaten Sidoarjo. Dalam sambutannya PWI mengapresiasi langkah LDII mengadakan pelatihan jurnalistik. Hadi menuturkan tak banyak ormas islam yang meski mempunyai media berita mengadakan pelatihan semacam ini. Menurutnya pelatihan semacam ini baik untuk meningkatkan kualitas SDM tim jurnalis.

Berlokasi di Gedung DPD LDII Sidoarjo, pelatihan yang diadakan Minggu (1/3) dihadiri sebanyak 30 anggota ICT. Mereka merupakan tim jurnalis bentukan DPD LDII Sidoarjo yang bertugas meliput kegiatan diwilayah Sidoarjo pada umumnya serta membuat berita-berita seputar kegiatan LDII Sidoarjo khususnya. Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang diadakan tim ICT untuk terus meningkatkan kualitas tim jurnalisnya. Acara dibuka oleh Ir. H. Ronny Romandhawira, MM, ketua DPD LDII Sidoarjo. Kemudian dilanjutkan dengan materi dari PWI. Selain mengapresiasi acara ini, beliau menceritakan pengalamannnya sebagai seorang wartawan. Tak lupa ia memberi wejangan bagaimana menjadi seorang wartawan yang baik.

Wartawan yang baik harus selalu mengedepankan etika, termasuk dalam mencari informasi dari narasumber. Salah satunya, yaitu bahwa seorang wartawan harus menempatkan seorang narasumber atas asas praduga tak bersalah sekalipun narasumber tersebut adalah seorang tersangka. Wartawan harus bisa menyampaikan sebuah berita dari dua sudut pandang yang berbeda agar timbul keseimbangan berita. Dengan keseimbangan berita pembaca akhirnya bisa mendapat informasi yang benar-benar jelas tentang suatu kejadian. Klarifikasi juga sangat penting ketika hendak menyusun sebuah berita. Karena dewasa kini banyak wartawan yang lebih mementingkan isu agar beritanya banyak dibaca tanpa klarifikasi terlebih dahulu benar tidaknya. Sehingga akibatnya banyak berita-berita bohong atau Hoax yang muncul dimedia.

praktek liputan
Berbeda dengan pelatihan sebelumnya, dalam pelatihan kali ini  juga dihadirkan pakar jurnalistik untuk mengisi materi jurnalistik. Materi pertama mengenai dasar jurnalistik dan kode etik jurnalistik yang disampaikan oleh Yanti Dyah Harsono dari Kominfo Jatim yang menjelaskan konsep dasar jurnalistik mulai dari pengertian hingga tahap pembuatan berita. Dalam materinya, ia menjabarkan pentingnya bagi seorang wartawan mengetahui dan paham tentang kode etik jurnalistik.

Pada materi kedua, peserta dibekali dengan teknik peliputan dan teknik wawancara yang disampaikan oleh Drs. Koesmoko. Sebagai seorang wartawan dua hal tersebut merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Koesmoko sendiri menjelaskan tahapan demi tahapan dalam meliput dan wawancara. Dalam pelatihan ini peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya kepada pemateri.

Selain memberikan teori, dalam pelatihan ini peserta juga berkesempatan praktik mencari berita di lapangan. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap-tiap kelompok diberi dua pendamping dari panitia. Kelompok-kelompok tersebut diberi tugas mencari dan membuat berita di lingkungan sekitar tempat pelatihan. Acara yang dimulai dari pukul 08.30 WIB hingga berakhir pada pukul 15.00WIB diikuti peserta dengan semangat. Pada pelatihan ini peserta juga diberi kenang-kenangan berupa sertifikat pelatihan. (Dini/hav)