Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Kamis, 01 Mei 2014

Pentingnya Pendidikan Moral Untuk Anak Kita

Ada suatu cerita dari suatu sumber: Seorang guru di Australia pernah berkata: “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai MATEMATIKA. Tetapi kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai MENGANTRI. Sewaktu ditanya: "Mengapa? (Karena yang terjadi di negara Indonesia justru sebaliknya).
Inilah jawabannya:
1. Karena hanya perlu waktu 3 bulan secara intensif untuk melatih anak bisa matematika. Sementara perlu waktu 12 tahun atau lebih untuk melatih anak agar bisa mengantri dgn baik & benar;

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika, kecuali TAMBAH, KALI, KURANG dan BAGI yang akan dipakai.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari siswa yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan matematika. Sementara. SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan "Etika Moral" & Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.


“Memangnya ada pelajaran berharga dari MENGANTRI?”
“Ya! Banyak sekali pelajaran berharganya, yakni :
1. Anak belajar manajemen waktu. 
Jika ingin mengantri paling depan, harus datang lebih awal dan itu butuh persiapan lebih awal;
2. Anak belajar bersabar.
Menunggu giliran tiba, terutama jika ia di antrian paling belakang;
3. Anak belajar menghormati hak orang lain.
Yang datang lebih awal dapat giliran lebih dulu dan tidak merasa dirinya yang paling penting;
4. Anak belajar berdisiplin.
Aturan mengantri adalah tidak menyerobot dan itu berarti tidak mengambil hak orang lain;
5. Anak belajar kreatif.
Untuk mengatasi kebosanan saat mengantri merangsang berpikir untuk melakukan suatu aktivitas (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri);
6. Anak bisa belajar bersosialisasi. 
Menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian;
7. Anak belajar tabah.
Menjalani proses dalam mencapai tujuannya, sehingga tidak melegalkan cara-cara kotor dalam mencapai tujuan.

Kemudian ada yg menanggapi seperti berikut, beliau adalah seorang manager di suatu perusahaan ternama, dan mempunyai gelar Doctor. Berikut kutipan tanggapannya:

"Secara fundamental cerita itu mengandung penyesatan dan cacat historis. Kemajuan satu peradaban hanya mungkin terjadi jika bangsa tersebut menguasai Ilmu dasar. Tengoklah semuanya kembali, Peradaban lembah Indus,  Peradaban Yunani Klasik, Peradaban, Tiongkok Kuno ( dan juga Tiongkok Modern ), Peradaban Islam, Peradaban Barat masa kini, semua bertumpu pada Penemuan dan pengembangan Ilmu dasar. 
Matematika adalah Ilmu dasar. Disiplin dapat dicapai dengan hukum yang keras.  Jepang mencapainya dengan Hukum yang keras, demikian juga bangsa Eropa dan tentu saja mereka mereka juga bertumpu pada Ilmu Dasar untuk membuat Kapal Terbang, Roket, Komputer dan obat- obatan.
Bangsa Mongol memiliki disiplin tinggi, mereka hebat, tetapi tanpa Ilmu dasar, mereka hilang tanpa hampir- hampir jejak.
Guru Australia boleh cerita semanis apapun, tapi mereka selalu lupa cerita tentang rasisme dan diskriminasi yang kental terasa di Negeri mereka, termasuk dalam kebijakan- kebijakan luar negerinya.
Kawan- kawan Akademisi, jangan mudah menjadi bias hanya karena cerita- cerita kecil, yang cuma selucu cerita kancil, 3 Bulan cukup untuk belajar Matematika adalah Dusta yang luar biasa dan Matematika tidak hanya untuk bekerja Aritmetika (+-x/), anda ingin melihat Matematika dipakai untuk bekerja ? 
Lihatlah sebuah Jumbo Jet yang sedang terbang, ada ahli matematika di belakangnya sedang bekerja, Belajar Matematika butuh dedikasi seumur hidup, sama seperti Ilmu- Ilmu yang lain."

Pada dasarnya, apa yang di tulis di artikel ini ada nilai positifnya, begitu pula pendapat dari manager tsb.
Kita semua perlu memahami bagaimana kita menangkap suatu makna disetiap tulisan dan mengambil sisi positifnya.

Kalau menurut pandangan saya, yang saya ambil adalah pentingnya pendidikan moral yg skrg ini mulai terlupakan. Bahkan orang tua jaman skrg lebih banyak membiarkan anak-anaknya utk belajar sendiri dari lingkungannya yg mana anak-anak tsb masih belum mengenal jelas lingkungannya.
Bahkan orang tua sering terpengaruh lingkungan agar anak-anaknya mendapat pengakuan di dalam perkumpulannya.

Sbg contoh, orang tua lebih bangga kalau anaknya punya pacar yg hampir setiap hari di datangi kemudian di ajak keluar, pulang malam dan tidak mengetahui apa saja yg dilakukan dengan pacarnya tsb.
Mungkin orang tua malu klo anaknya tdk punya pacar, merasa tdk laku anaknya, jaman sekarang kok nggak punya pacar...!!!.

Itu mungkin yg menjadikan salah satu penyebab pergaulan bebas merajalela. Orang tua terlalu sibuk untuk mncukupi kebutuhan keluarga, tetapi lupa utk mencukupi pendidikan moral kpd anak2nya, karena pendidikan anak dimulai dari sebuah keluarga.

Ditulis oleh: Bambang Setyabudi (Pengurus Bidang Seni dan Olah Raga DPD LDII Kab. Sidoarjo)

Pentingnya Pendidikan Moral Untuk Anak Kita

Ada suatu cerita dari suatu sumber: Seorang guru di Australia pernah berkata: “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai MATEMATIKA. Tetapi kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai MENGANTRI. Sewaktu ditanya: "Mengapa? (Karena yang terjadi di negara Indonesia justru sebaliknya).
Inilah jawabannya:
1. Karena hanya perlu waktu 3 bulan secara intensif untuk melatih anak bisa matematika. Sementara perlu waktu 12 tahun atau lebih untuk melatih anak agar bisa mengantri dgn baik & benar;

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika, kecuali TAMBAH, KALI, KURANG dan BAGI yang akan dipakai.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari siswa yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan matematika. Sementara. SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan "Etika Moral" & Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.


“Memangnya ada pelajaran berharga dari MENGANTRI?”
“Ya! Banyak sekali pelajaran berharganya, yakni :
1. Anak belajar manajemen waktu. 
Jika ingin mengantri paling depan, harus datang lebih awal dan itu butuh persiapan lebih awal;
2. Anak belajar bersabar.
Menunggu giliran tiba, terutama jika ia di antrian paling belakang;
3. Anak belajar menghormati hak orang lain.
Yang datang lebih awal dapat giliran lebih dulu dan tidak merasa dirinya yang paling penting;
4. Anak belajar berdisiplin.
Aturan mengantri adalah tidak menyerobot dan itu berarti tidak mengambil hak orang lain;
5. Anak belajar kreatif.
Untuk mengatasi kebosanan saat mengantri merangsang berpikir untuk melakukan suatu aktivitas (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri);
6. Anak bisa belajar bersosialisasi. 
Menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian;
7. Anak belajar tabah.
Menjalani proses dalam mencapai tujuannya, sehingga tidak melegalkan cara-cara kotor dalam mencapai tujuan.

Kemudian ada yg menanggapi seperti berikut, beliau adalah seorang manager di suatu perusahaan ternama, dan mempunyai gelar Doctor. Berikut kutipan tanggapannya:

"Secara fundamental cerita itu mengandung penyesatan dan cacat historis. Kemajuan satu peradaban hanya mungkin terjadi jika bangsa tersebut menguasai Ilmu dasar. Tengoklah semuanya kembali, Peradaban lembah Indus,  Peradaban Yunani Klasik, Peradaban, Tiongkok Kuno ( dan juga Tiongkok Modern ), Peradaban Islam, Peradaban Barat masa kini, semua bertumpu pada Penemuan dan pengembangan Ilmu dasar. 
Matematika adalah Ilmu dasar. Disiplin dapat dicapai dengan hukum yang keras.  Jepang mencapainya dengan Hukum yang keras, demikian juga bangsa Eropa dan tentu saja mereka mereka juga bertumpu pada Ilmu Dasar untuk membuat Kapal Terbang, Roket, Komputer dan obat- obatan.
Bangsa Mongol memiliki disiplin tinggi, mereka hebat, tetapi tanpa Ilmu dasar, mereka hilang tanpa hampir- hampir jejak.
Guru Australia boleh cerita semanis apapun, tapi mereka selalu lupa cerita tentang rasisme dan diskriminasi yang kental terasa di Negeri mereka, termasuk dalam kebijakan- kebijakan luar negerinya.
Kawan- kawan Akademisi, jangan mudah menjadi bias hanya karena cerita- cerita kecil, yang cuma selucu cerita kancil, 3 Bulan cukup untuk belajar Matematika adalah Dusta yang luar biasa dan Matematika tidak hanya untuk bekerja Aritmetika (+-x/), anda ingin melihat Matematika dipakai untuk bekerja ? 
Lihatlah sebuah Jumbo Jet yang sedang terbang, ada ahli matematika di belakangnya sedang bekerja, Belajar Matematika butuh dedikasi seumur hidup, sama seperti Ilmu- Ilmu yang lain."

Pada dasarnya, apa yang di tulis di artikel ini ada nilai positifnya, begitu pula pendapat dari manager tsb.
Kita semua perlu memahami bagaimana kita menangkap suatu makna disetiap tulisan dan mengambil sisi positifnya.

Kalau menurut pandangan saya, yang saya ambil adalah pentingnya pendidikan moral yg skrg ini mulai terlupakan. Bahkan orang tua jaman skrg lebih banyak membiarkan anak-anaknya utk belajar sendiri dari lingkungannya yg mana anak-anak tsb masih belum mengenal jelas lingkungannya.
Bahkan orang tua sering terpengaruh lingkungan agar anak-anaknya mendapat pengakuan di dalam perkumpulannya.

Sbg contoh, orang tua lebih bangga kalau anaknya punya pacar yg hampir setiap hari di datangi kemudian di ajak keluar, pulang malam dan tidak mengetahui apa saja yg dilakukan dengan pacarnya tsb.
Mungkin orang tua malu klo anaknya tdk punya pacar, merasa tdk laku anaknya, jaman sekarang kok nggak punya pacar...!!!.

Itu mungkin yg menjadikan salah satu penyebab pergaulan bebas merajalela. Orang tua terlalu sibuk untuk mncukupi kebutuhan keluarga, tetapi lupa utk mencukupi pendidikan moral kpd anak2nya, karena pendidikan anak dimulai dari sebuah keluarga.

Ditulis oleh: Bambang Setyabudi (Pengurus Bidang Seni dan Olah Raga DPD LDII Kab. Sidoarjo)