Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Jumat, 16 Mei 2014

Rapimnas LDII 2014 - Ormas dan Media Bisa Sinergi Melindungi Minoritas

j-osdarLDIISIDOARJO.org | Liputan Rapimnas : JAKARTA - Seperti Ormas, media juga memiliki peran yang penting dalam perkembangan suatu bangsa. Tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, media juga memegang kendali dalam hal kontrol social.

idrus-shahab 
Oleh sebab itu peran ormas dan media sangat penting untuk bisa saling bersinergi. Sehingga dalam Rapimnas 2014, Kamis (15/5) mengundang Redaktur Harian Kompas. J. Osdar dan Redaktur Senior Tempo Idrus F. Shahab untuk memberi materi kemediaan.

Osdar menyatakan hal yang paling penting dari sebuah media tidak hanya menyampaikan informasi, akan tetapi juga harus disenangi pembaca. “Saya ingin menjadi wartawan yang dibaca orang. Oleh sebab itu saya harus penting dan menarik. Tapi kalau saya harus memilih, saya akan memilih menyampaikan informasi menarik,” kata Osdar.


Osdar mengapresiasi tindakan LDII yang mendekati media untuk saling mengenal sehingga bisa bersinergi. Perbuatan ini menurutnya lebih baik ketimbang saling mengecap buruk. Menurutnya penting antara ormas dan media mengenal sehingga bisa menemukan fakta sebenarnya.

Menurut wartawan Istana ini, berita investigatif wartawan berbeda dengan cara invertigasi detektif. Berita investigasi wartawan mengedepankan kedekatan dan saling kenal berbeda dengan detektif yang mencari informasi sembunyi-sembunyi dan rahasia.

Senada dengan Osdar, Idrus juga menyatakan penting antara media dan ormas untuk saling kenal. Pihaknya menjelaskan hal tersebut dilakukan guna tidak terjadinya diskriminasi umat agama tertentu karena kesalahpahaman.“Di era lengsernya Soeharto pada 1998 terjadi banyak aksi anti-Tionghoa. Akan tetapi setelah hilang, hal itu berganti sasaran ke agama minoritas, seperti Ahmadiyah,dan agama-agama lain,” jelas Idrus.

Idrus memuji gerak langkah LDII yang toleran. Ia menyinggung beberapa nama ormas Islam yang radikal, ortodoks, dan konservatif yang mengedepankan main hakim sendiri. Dalam materinya, Idrus mengajak LDII untuk mendekati agama minoritas tersebut untuk meluruskannya,bukan bersikap arogan.

Osdar menanggapi pemberitaan LDII yang sering dipojokkan dapat dilakukan dengan melakukan hak jawab. Untuk memudahkan melakukan itu, Osdar menyatakan diperlukan kedekatan dengan waratawan. “Sebaiknya ormas itu memiliki kontak wartawan. Bahkan kalau perlu tahu alamat rumahnya. Terutama agenda seperti ini yang “lebih humas”,” saran Osdar.

Dirinya beranggapan wajar pemberitaan negative itu lebih sering beredar di masyarakat dibandingkan berita positif. Kini dikenal “Bad news is good news” terlebih pada saat reformasi saat ini. Di mana media diberikan kebebasan dalam memberitakan sesuatu. Idrus juga menjelaskan pemberitaan media itu mirip seperti KPK yang mencari sisi buruk seseorang sebagai kontrol. Akan tetapi menurut Idrus media tetap harus memberikan ruang yang besar kepada objek pemberitaan untuk melakukan klarifikasi atas pemberitaan yang tidak sesuai. Kehadiran dua pemateri ini menjadi penutup acara Rapimnas LDII 2014. 

Sumber: ldii.or.id 
Download foto foto Rapimnas LDII KLIK DISINI

Rapimnas LDII 2014 - Ormas dan Media Bisa Sinergi Melindungi Minoritas

j-osdarLDIISIDOARJO.org | Liputan Rapimnas : JAKARTA - Seperti Ormas, media juga memiliki peran yang penting dalam perkembangan suatu bangsa. Tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, media juga memegang kendali dalam hal kontrol social.

idrus-shahab 
Oleh sebab itu peran ormas dan media sangat penting untuk bisa saling bersinergi. Sehingga dalam Rapimnas 2014, Kamis (15/5) mengundang Redaktur Harian Kompas. J. Osdar dan Redaktur Senior Tempo Idrus F. Shahab untuk memberi materi kemediaan.

Osdar menyatakan hal yang paling penting dari sebuah media tidak hanya menyampaikan informasi, akan tetapi juga harus disenangi pembaca. “Saya ingin menjadi wartawan yang dibaca orang. Oleh sebab itu saya harus penting dan menarik. Tapi kalau saya harus memilih, saya akan memilih menyampaikan informasi menarik,” kata Osdar.


Osdar mengapresiasi tindakan LDII yang mendekati media untuk saling mengenal sehingga bisa bersinergi. Perbuatan ini menurutnya lebih baik ketimbang saling mengecap buruk. Menurutnya penting antara ormas dan media mengenal sehingga bisa menemukan fakta sebenarnya.

Menurut wartawan Istana ini, berita investigatif wartawan berbeda dengan cara invertigasi detektif. Berita investigasi wartawan mengedepankan kedekatan dan saling kenal berbeda dengan detektif yang mencari informasi sembunyi-sembunyi dan rahasia.

Senada dengan Osdar, Idrus juga menyatakan penting antara media dan ormas untuk saling kenal. Pihaknya menjelaskan hal tersebut dilakukan guna tidak terjadinya diskriminasi umat agama tertentu karena kesalahpahaman.“Di era lengsernya Soeharto pada 1998 terjadi banyak aksi anti-Tionghoa. Akan tetapi setelah hilang, hal itu berganti sasaran ke agama minoritas, seperti Ahmadiyah,dan agama-agama lain,” jelas Idrus.

Idrus memuji gerak langkah LDII yang toleran. Ia menyinggung beberapa nama ormas Islam yang radikal, ortodoks, dan konservatif yang mengedepankan main hakim sendiri. Dalam materinya, Idrus mengajak LDII untuk mendekati agama minoritas tersebut untuk meluruskannya,bukan bersikap arogan.

Osdar menanggapi pemberitaan LDII yang sering dipojokkan dapat dilakukan dengan melakukan hak jawab. Untuk memudahkan melakukan itu, Osdar menyatakan diperlukan kedekatan dengan waratawan. “Sebaiknya ormas itu memiliki kontak wartawan. Bahkan kalau perlu tahu alamat rumahnya. Terutama agenda seperti ini yang “lebih humas”,” saran Osdar.

Dirinya beranggapan wajar pemberitaan negative itu lebih sering beredar di masyarakat dibandingkan berita positif. Kini dikenal “Bad news is good news” terlebih pada saat reformasi saat ini. Di mana media diberikan kebebasan dalam memberitakan sesuatu. Idrus juga menjelaskan pemberitaan media itu mirip seperti KPK yang mencari sisi buruk seseorang sebagai kontrol. Akan tetapi menurut Idrus media tetap harus memberikan ruang yang besar kepada objek pemberitaan untuk melakukan klarifikasi atas pemberitaan yang tidak sesuai. Kehadiran dua pemateri ini menjadi penutup acara Rapimnas LDII 2014. 

Sumber: ldii.or.id 
Download foto foto Rapimnas LDII KLIK DISINI