Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Sabtu, 11 Juni 2011

Mbah Djohar

Dalam jajaran ulama LDII tercatat nama KH. Muhammad Djohar. Keulamaan Mbah Djohar sudah ditunjukkan sejak kecil dengan minatnya pada ilmu agama. Ulama kelahiran Klaten, 12 Januari 1936 ini, menggunakan seluruh hidupnya untuk berguru dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pendidikan pertamanya adalah selama 12 tahun di Madrasah Mambaul Ulum, sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang didirikan oleh Sultan Pakubuwono X di Solo. Mbah Djohar yang saat ini dikarunia 11 anak dari 6 perempuan yang pernah dinikahinya juga melengkapi pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) di Klaten. Tidak puas dengan pendidikan formalnya, Mbah Djohar juga berguru secara privat kepada beberapa ulama besar dan
para khufadul Quran yang ada di Jawa Tengah, seperti; KH. Sodri (Solo), KH. Anwar Salim, KH. Umar dan KH. Daris, pendiri Pondok Khufad Mu'ayad, Solo.

Naluri keulamaannya pula yang pada tahun 1959 membawa pria 8 bersaudara tersebut,  hijarah ke Jawa Timur. Begitu ia mendengar ada ulama yang mengajarkan Hadist Kutubu Sittah tidak pikir panjang beliau langsung meninggalkan kampung halamannya untuk memperdalam ilmu agamanya di Desa Balong Gadel Lamongan Jawa Timur. Kutubu Sittah merupakan kitab "keramat" yang lama dikoleksi oleh keluarga Mbah Djohar namun tidak pernah dibuka lebih-lebih dipelajari. Teman-teman Mbah Djohar di Madrasah Mambaul Ulum yang lebih dulu mengaji Quran Hadist adalah; Fultoni, Pamuji dan Suradji dan Ibu Maryam.

Dalam nasehatnya Mbah Djohar mengibaratkan agama Islam yang dibawa LDII sebagai air murni dari sumber mata air pegunungan yang disalurkan lewat pipa stainless yang terus terjaga kemurniannya tidak terkontaminasi dengan berbagai polutan dan kotoran hingga sampai menyebar ke masyarakat. LDII adalah salah satu Ormas Islam yang berkomitmen menjaga kemurnian agama Islam berdasarkan Quran dan Sunnah dengan menjauhkan berbagai polutan agama, seperti; perbuatan syirik, bid'ah, khurofat, tahayul dan lain sebagainya.

Profil KH. Muhammad Djohar

Nama : KH. Muhammad Djohar
Lahir : Klaten, 12 Januari 1936
Alamat : Desa Kedung Banteng, Sambung Macan, Sragen Jawa Tengah
Istri : 1. Hj. Ummiyati (alm)
    2. Hj. Suwarni
    3. Hj. Duhana
    4. Hj. Miswati
    5. Hj. Misnawati
    6. Hj. Yulianti
Anak : 1. Maftuha
    2. Munib Bahrudin
    3. Yunan Hasbullah
    4. M. Yumroni
    5. Mirzan Ahmad
    6. Annisa Diyati (alm)
    7. Harun
    8. Ulyana Nasiatin
9. Muzni
10. Ernawati
    11. Nurlaila Sarifah
Pendidikan : 1946 - 1959 Madrasah Mambaul Ulum Solo
    1953 - 1959 Sekolah Pendidikan Guru Agama Solo
  1959 - 1960 Pondok LDII Burengan
Pekerjaan:1960 - 1964 Guru Agama Islam SD, SMP dan Sanawiyah di Sukoharjo Jawa Tengah
    1964 - 1990 Guru Agama Islam SD, SMP dan Sanawiyah di Sragen Jawa Tengah

Mbah Djohar

Dalam jajaran ulama LDII tercatat nama KH. Muhammad Djohar. Keulamaan Mbah Djohar sudah ditunjukkan sejak kecil dengan minatnya pada ilmu agama. Ulama kelahiran Klaten, 12 Januari 1936 ini, menggunakan seluruh hidupnya untuk berguru dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pendidikan pertamanya adalah selama 12 tahun di Madrasah Mambaul Ulum, sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang didirikan oleh Sultan Pakubuwono X di Solo. Mbah Djohar yang saat ini dikarunia 11 anak dari 6 perempuan yang pernah dinikahinya juga melengkapi pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) di Klaten. Tidak puas dengan pendidikan formalnya, Mbah Djohar juga berguru secara privat kepada beberapa ulama besar dan
para khufadul Quran yang ada di Jawa Tengah, seperti; KH. Sodri (Solo), KH. Anwar Salim, KH. Umar dan KH. Daris, pendiri Pondok Khufad Mu'ayad, Solo.

Naluri keulamaannya pula yang pada tahun 1959 membawa pria 8 bersaudara tersebut,  hijarah ke Jawa Timur. Begitu ia mendengar ada ulama yang mengajarkan Hadist Kutubu Sittah tidak pikir panjang beliau langsung meninggalkan kampung halamannya untuk memperdalam ilmu agamanya di Desa Balong Gadel Lamongan Jawa Timur. Kutubu Sittah merupakan kitab "keramat" yang lama dikoleksi oleh keluarga Mbah Djohar namun tidak pernah dibuka lebih-lebih dipelajari. Teman-teman Mbah Djohar di Madrasah Mambaul Ulum yang lebih dulu mengaji Quran Hadist adalah; Fultoni, Pamuji dan Suradji dan Ibu Maryam.

Dalam nasehatnya Mbah Djohar mengibaratkan agama Islam yang dibawa LDII sebagai air murni dari sumber mata air pegunungan yang disalurkan lewat pipa stainless yang terus terjaga kemurniannya tidak terkontaminasi dengan berbagai polutan dan kotoran hingga sampai menyebar ke masyarakat. LDII adalah salah satu Ormas Islam yang berkomitmen menjaga kemurnian agama Islam berdasarkan Quran dan Sunnah dengan menjauhkan berbagai polutan agama, seperti; perbuatan syirik, bid'ah, khurofat, tahayul dan lain sebagainya.

Profil KH. Muhammad Djohar

Nama : KH. Muhammad Djohar
Lahir : Klaten, 12 Januari 1936
Alamat : Desa Kedung Banteng, Sambung Macan, Sragen Jawa Tengah
Istri : 1. Hj. Ummiyati (alm)
    2. Hj. Suwarni
    3. Hj. Duhana
    4. Hj. Miswati
    5. Hj. Misnawati
    6. Hj. Yulianti
Anak : 1. Maftuha
    2. Munib Bahrudin
    3. Yunan Hasbullah
    4. M. Yumroni
    5. Mirzan Ahmad
    6. Annisa Diyati (alm)
    7. Harun
    8. Ulyana Nasiatin
9. Muzni
10. Ernawati
    11. Nurlaila Sarifah
Pendidikan : 1946 - 1959 Madrasah Mambaul Ulum Solo
    1953 - 1959 Sekolah Pendidikan Guru Agama Solo
  1959 - 1960 Pondok LDII Burengan
Pekerjaan:1960 - 1964 Guru Agama Islam SD, SMP dan Sanawiyah di Sukoharjo Jawa Tengah
    1964 - 1990 Guru Agama Islam SD, SMP dan Sanawiyah di Sragen Jawa Tengah