Motto

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ* القران سورة آل عمران ١٠٤
“Dan jadilah kamu sekalian bagian dari umat yang menyerukan kebajikan dan mengajak yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung [Quran Surat Ali Imron, ayat 104]

News

Selasa, 24 Februari 2015

Muhasabah atau Mengkritik Diri Sendiri

Foto: ilustrasi
LDIISidoarjo.org - Mengkritik diri sendiri adalah suatu keharusan dalam Islam, adanya otokritik baik secara kolektif maupun perorangan, kali ini mengkritisi yang berhubungan dengan dakwah.

Ketika sekelompok orang merasa lebih benar, lebih suci, dan lebih pantas masuk surga dari yang lain, otokritik diperlukan disini. 

Ketika
sekelompok orang beranggapan bahwa jika seseorang muslim tanpa berproses ke dalam kelompoknya maka keislamannya kurang sempurna, maka ia wajib melakukan otokritik.

Ketika
sekelompok orang dikritik oleh para anggotanya dan ia lebih suka bertindak sebagai inkarnasi Tuhan tanpa memperhatikan kritikan mereka, maka ia harus bermuhasabah, juga ketika sekelompok orang melakukan dakwah dengan cara menghakimi seseorang yang tidak sepaham dengan cap kufur dan melakukan obyek dakwah sebagai benda mati tanpa melihat sisi sisi kemanusiaan dan perasaan, ia mesti bermuhasabah. Apalagi ketika setelah dakwah sekian lama belum juga menjadi rahmat bagi lingkungannya, ia harus rajjn intropeksi, lemahnya otokritik adalah salah satu rintangan suatu gerakan Islam dalam mencapai tujuannya mendirikan masyarakat Islam yang didambakan.


Mari sama sama kita bermuhasabah, mengkritik diri sendiri, agar tidak tidak menganggap yang lain salah. 

Karena harus disadari bahwa manusia itu tempatnya salah, dan yang terbaik adalah mereka yang cepat bertaubat, sungguh manusia itu sibuk mencari cari kesalahan orang lain, maka sibukkanlah diri kalian dengan mencari cari kesalahan diri sendiri, sebagaimana hadist di bawah ini:
كُلُّ بَنِى اٰدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ اْلخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ رواه ابن ماجه
Artinya: setiap manusia pasti ada kesalahan, tetapi sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat. *HR. Ibnu Majah.   (gus yus)

Muhasabah atau Mengkritik Diri Sendiri

Foto: ilustrasi
LDIISidoarjo.org - Mengkritik diri sendiri adalah suatu keharusan dalam Islam, adanya otokritik baik secara kolektif maupun perorangan, kali ini mengkritisi yang berhubungan dengan dakwah.

Ketika sekelompok orang merasa lebih benar, lebih suci, dan lebih pantas masuk surga dari yang lain, otokritik diperlukan disini. 

Ketika
sekelompok orang beranggapan bahwa jika seseorang muslim tanpa berproses ke dalam kelompoknya maka keislamannya kurang sempurna, maka ia wajib melakukan otokritik.

Ketika
sekelompok orang dikritik oleh para anggotanya dan ia lebih suka bertindak sebagai inkarnasi Tuhan tanpa memperhatikan kritikan mereka, maka ia harus bermuhasabah, juga ketika sekelompok orang melakukan dakwah dengan cara menghakimi seseorang yang tidak sepaham dengan cap kufur dan melakukan obyek dakwah sebagai benda mati tanpa melihat sisi sisi kemanusiaan dan perasaan, ia mesti bermuhasabah. Apalagi ketika setelah dakwah sekian lama belum juga menjadi rahmat bagi lingkungannya, ia harus rajjn intropeksi, lemahnya otokritik adalah salah satu rintangan suatu gerakan Islam dalam mencapai tujuannya mendirikan masyarakat Islam yang didambakan.


Mari sama sama kita bermuhasabah, mengkritik diri sendiri, agar tidak tidak menganggap yang lain salah. 

Karena harus disadari bahwa manusia itu tempatnya salah, dan yang terbaik adalah mereka yang cepat bertaubat, sungguh manusia itu sibuk mencari cari kesalahan orang lain, maka sibukkanlah diri kalian dengan mencari cari kesalahan diri sendiri, sebagaimana hadist di bawah ini:
كُلُّ بَنِى اٰدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ اْلخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ رواه ابن ماجه
Artinya: setiap manusia pasti ada kesalahan, tetapi sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat. *HR. Ibnu Majah.   (gus yus)